Air merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi
kehidupan selain udara. Makhluk hidup yang ada tidak dapat lepas dari
penggunaan air dalam kehidupannya. Namun pada akhir-akhir ini persoalan
ketersediaan air bersih menjadi suatu masalah karena banyaknya air yang telah
kerkotori oleh kontaminan. Kontaminan-kontaminan berasal dari limbah rumah
tangga dan industri. Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami
penurunan. Demikian pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi
kebutuhan yang terus meningkat.
Kekeruhan
dalam air dapat dihilangkan melalui penambahan sejenis bahan kimia yang disebut
koagulan. Pada umumnya bahan seperti Aluminium sulfat [Al2(SO4)3.18H2O] atau
sering disebut alum atau tawas, fero sulfat, Poly Aluminium Chlorida (PAC) dan
poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai koagulan. Untuk menentukan
dosis yang optimal, koagulan yang sesuai dan pH yang akan digunakan dalam
proses penjernihan air, secara sederhana dapat dilakukan dalam laboratorium
dengan menggunakan tes yang sederhana.
Salah satu cara untuk menanggulangi permasalahan ini adalah dengan
pengolahan air. Terdapat tiga tahap penting pada proses pengolahan air dengan
penambahan zat kimia seperti tawas yaitu: tahap pembentukan inti endapan, tahap
flokulasi, tahap pemisahan flok dengan cairan. Koagulasi dan flokulasi
merupakan suatu proses yang umum dilakukan dalam pengolahan limbah cair
industri. Koagulasi adalah proses penambahan bahan kimia atau koagulan kedalam
air limbah yang bertujuan untuk mengurangi daya tolak menolak antar partikel
koloid, sehingga partikel-partikel tersebut dapat bergabung menjadi flok-flok
kecil. Flokulasi adalah proses penggabungan flok-flok kecil sehingga menjadi
flok-flok yang lebih besar sehingga akan mudah mengendap.
Biasanya pengolahan air dengan menggunakan tawas ini, dilakukan
pada awal proses pengolahan air kotor. Tawas ditambahkan ke dalam air sehingga
menyebabkan partikel-partikel tersuspensi akan mengendap dan kemudian air dapat
diolah lebih lanjut. Salah satunya dengan proses filtrasi. Kemudian
didesinfeksi lalu dapat dikonsumsi. Ada banyak cara untuk melakukan penjernihan
air. Dibawah ini akan dijelaskan bagaimana cara penjernihan air dengan
menggunakan metode penyaringan dan menggunakan tawas.
1.
Penjernihan Air
Dengan Cara Penyaringan
Kebutuhan akan
air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air minum, memasak ,
mencuci dan sebagiannya harus diperhatikan. Cara penjernihan air perlu
diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar limbah rumah tangga
maupun limbah industri. Cara penjernihan air baik secara alami maupun kimiawi
akan diuraikan dalam bab ini. Cara-cara yang disajikan dapat digunakan di desa
karena bahan dan alatnya mudah didapat. Bahan-bahannya anatara lain batu,
pasir, kerikil, arang tempurung kelapa, arang sekam padi, tanah liat, ijuk,
kaporit, kapur, tawas, biji kelor dan lain-lain.
Penjernihan air minum secara sederhana ini
merupakan penjernihan air dengan cara penyaringan. Bahan penyaringan yang
digunakan adalah pasir dan tempurung kelapa.
- BAHAN DAN PERALATAN
- 2 (dua) drum ijuk
- pipa PVC dengan diameter ¾ inci
- kran air
- pasir
- kerikil
- potongan bata – cat
- gergaji
- parang
- besi
- bor
- kuas
- ember
- cangkul
- PEMBUATAN
- Membuat pipa penyaringan lihat Gambar 1.
:
- Ambil 2 pipa PVC diameter 0,75 inci
dengan panjang 35 cm.
- Pipa PVC dilubangi teratur sepanjang 20
cm.
- Bagian dari pipa yang dilubangi dibalut
dengan ijuk kemudian ijuk diikat dengan tali plastik
- Salah satu ujung pipa dibuat ulir.
Gambar 1. Pipa Penyaring
- Pemasangan pipa penyaring (lihat Gambar 2.).Pipa penyaring dipasang pada drum pengendapan dan penyaringan dengan jarak 10 cm dari dasar drum.
- Membuat drum pengendapan (lihat Gambar 2
dan 3)
- Buat lubang dengan bor besi 10 cm dari
dasar pada dinding drum untuk pipa penyaring.
- Pasang pipa penyaring yang sudah dibalut
pada soket yang sudah tersedia (lihat keterangan No. 2)
- Pasang kran
- Buat lubang pada dasar drum dengan tutup.
Gambar 2. Pemasangan Pipa Penyaring
- Membuat drum penyaring (lihat Gambar 2
dan 3)
- Buat lubang untuk pemasangan pipa
penyaring dengan jarak 10 cm dari dasar drum.
- Isi drum berturut-turut dengan krikil
setebal 20 cm, ijuk 5 cm, arang 10 cm, ijuk 10 cm dan potongan bata 10
cm.
- Penyusunan drum endapan dan penyaringan
(lihat Gambar 3)
- Drum pengendapan dan penyaringan disusun
bertingkat.
- Kran-kran ditutup dan air diisikan ke
dalam drum pengendapan
- Setelah 30 menit air dari drum pengendapan dialirkan ke dalam drum penyaringan.
- Aliran air yang keluar dari drum penyaringan disesuaikan dengan masukan dari drum pengendapan.
Gambar 3. Cara Kerja Penyaring Air
- KEUNTUNGAN
- Air hasil penyaringan cukup bersih untuk
keperluan rumah tangga.
- Membuatnya cukup mudah dan sederhana
pemeliharaannya.
- Bahan-bahan yang digunakan mudah
didapatkan di daerah pedesaan.
- KERUGIAN
- Pemeliharaan memerlukan ketelitian dan
cukup memakan waktu seperti :
- Drum pengendapan dan drum penyaring
harus dibersihkan, jika aliran air yang keluar kurang lancar. Ijuk,
kerikil, potongan bata, pasir dicuci bersih, kemudian dijemur sampai
kering.
- Arang tempurung biasanya paling lama 3
bulan sekali harus diganti dengan yang baru.
- Tidak bisa digunakan untuk menyaring air
yang mengandung bahan-bahan kimia seperti air buangan dari pabrik,
karena cara ini hanya untuk menyaring air keruh, tapi bukan menyaring
air yang mengandung zat kimia tertentu.
- Untuk keperluan air minum harus dimasak
terlebih dahulu sampai mendidih.
2.
Penyaringan air dengan menggunakan tawas
Tawas merupakan alumunium sulfat yang dapat digunakan sebagai
penjernih air seperti sedimentasi (water treatment) karena tawas yang
dilarutkan dalam air mampu mengikat kotoran-kotoran dan mengendapkan kotoran
dalam air sehingga menjadikan air menjadi jernih. Tawas dikenal sebagai
koagulan didalam pengolahan air limbah. Sebagai koagulan tawas sangat efektif
untuk mengendapkan partikel yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun
suspensi. Selain digunakan sebagai penjernih air, tawas juga dapat digunakan
sebagai zat aditif untuk antiperspirant (deodorant).
Pada praktikum kali ini akan dilakukan proses produksi tawas
(alum). Tawas sendiri adalah kelompok garam rangkap berhidrat berupa kristal
dan bersifat isomorf. Tawas ini dikenal dengan nama potassium aluminium sulfat
dodekahidrat atau KAl(SO4)2.12 H2O yang dikenal banyak sebagai koagulan didalam
pengolahan air maupun limbah. Sebagai koagulan alum sulfat sangat efektif untuk
mengendapkan partikel yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun suspensi.
Tawas ini dipasaran dibedakan atas 2 jenis berdasarkan bentuknya, yaitu tawas
butek dan tawas bening. Tawas atau alum ini dibuat melalui dua cara yaitu :
1.
Proses Bauxite
Dengan proses
bauxite ini tawas dibuat langsung dari bauxite dan asam sulfat. Dimana bauxite
mengandung kurang lebih 50% Al(OH)3.
2.
Proses Al(OH)3
Dengan proses Al(OH)3 ini tawas dibuat dari Al(OH)3 yang
direaksikan dengan asam sulfat membentuk alum sulfat.
Dalam suatu praktikum, kadang kala dilakukan pembuatan tawas dari
Al(OH)3 yang direaksikan dengan asam sulfat. Pada prosedurnya yang pertama
dilakukan adalah dengan menimbang Al(OH)3 sebanyak 100 gram dengan 300 mL air.
Air ini digunakan untuk mengencerkan tawas sehingga tawas tersebut berubah dari
padatan menjadi larutan, karena tawas dalam bentuk padatan akan sulit bereaksi
dengan asam sulfat encer. Kemudian ditambahkan 200 mL asam sulfat pekat 98%
secara perlahan-lahan dan diaduk pelan-pelan selama kurang lebih 60 menit
sampai homogen.
Penggunaan asam sulfat disini berfungsi sebagai reaktan. Proses
pencampuran tersebut dilakukan di ruang asam, hal ini dilakukan karena salah
satu bahan pembuat tawas adalah asam sulfat pekat yang merupakan zat kimia
berbahaya yang apabila terhisap dapat mengganggu kesehatan dan proses
pencampuran tersebut menghasilkan reaksi eksoterm (mengeluarkan panas) sehingga
bersifat eksplosif dan dapat meledak. Setelah semua bahan dicampurkan, kemudian
diaduk agar homogen. Setelah itu tunggu beberapa saat, kemudian cetak pada
wadah yang telah disediakan. Pada saat dikemas ke dalam wadah, tawas tidak
boleh terlalu dingin. Jika terlalu dingin, tawas akan mengkristal dan mengendap
karena kelarutannya rendah dalam suasana dingin, akibatnya tawas sulit untuk
dicetak. Untuk menguji tawas yang telah dibuat dapat dilakukan dengan
menggunakan air limbah (air yang sudah tidak jernih lagi) yaitu dengan cara
tawas ditambahkan dengan koagulan, koagulan tersebut memiliki kemampuan untuk
menjadikan partikel koloid tidak stabil sehingga partikel siap membentuk flok.
Setelah itu ditambahkan flokulan yang terbuat dari polimer,
flokulan yang digunakan untuk penjernihan air yaitu NaOH. Hal ini karena
pengotor banyak mengandung ion positif sehingga dengan penambahan polimer yang
bersifat negatif dapat mengikat flok lebih besar dan proses pengendapan lebih
cepat. Lalu campuran tersebut diaduk dan dibiarkan beberapa saat hingga
kotoran-kotoran yang terdapat di air mengendap semuanya. Tawas yang baik adalah
tawas yang mampu mengikat banyak kotoran-kotoran dan mengendapkannya sehingga
air menjadi jernih.
thanks
BalasHapus